My Camp

My Camp

Sabtu, 08 Maret 2014

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GAGAL NAFAS (BANTUAN VENTILASI MEKANIK)

PENGERTIAN GAGAL NAFAS

Kegagalan pernafasan adalah pertukaran gas yang tidak adekuat sehingga terjadi hipoksia, hiperkapnia (peningkatan konsentrasi karbon dioksida arteri), dan asidosis. Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk mempetahankan oksigenasi

PENYEBAB GAGAL NAFAS

  1. Penyebab sentral
    1. Trauma kepala : contusio cerebri
    2. Radang otak : encephalitis
    3. Gangguan vaskuler : perdarahan otak , infark otak
    4. Obat-obatan : narkotika, anestesi
  2. Penyebab perifer
    1. Kelainan neuromuskuler: GBS, tetanus, trauma cervical, muscle relaxan
    2. Kelainan jalan nafas: obstruksi jalan nafas, asma bronchiale
    3. Kelainan di paru: edema paru, atelektasis, ARDS
    4. Kelainan tulang iga/thoraks: fraktur costae, pneumo thorax, haematothoraks
    5. Kelainan jantung : kegagalan jantung kiri

PATOFISIOLOGI GAGAL NAFAS

Pada pernafasan spontan inspirasi terjadi karena diafragma dan otot intercostalis berkontraksi, rongga dada mengembang dan terjadi tekanan negatif sehingga aliran udara masuk ke paru, sedangkan fase ekspirasi berjalan secara pasif .
Pada pernafasan dengan ventilasi mekanik, ventilator mengirimkan udara dengan memompakan ke paru pasien, sehingga tekanan selama inspirasi adalah positif dan menyebabkan tekanan intra thorakal meningkat. Pada akhir inspirasi tekanan dalam rongga thoraks paling positif.

PEMERIKSAAN FISIK

Menurut pengumpulan data dasar oleh Doengoes
  1. Sirkulasi
    1. Tanda : Takikardia, irama irreguler
    2. S3-S4/Irama gallop
    3. Daerah PMI bergeser ke daerah mediastinal
    4. Hamman’s sign (bunyi udara beriringan dengan denyut jantung menandakan udara di mediastinum)
    5. Tekanan Darah : hipertensi/hipotensi
  2. Nyeri/Kenyamanan
    1. Gejala: Nyeri pada satu sisi, nyeri tajam saat napas dalam, dapat menjalar ke leher, bahu dan  abdomen, serangan tiba-tiba saat batuk
    2. Tanda: Melindungi bagian nyeri, perilaku distraksi, ekspresi meringis
  3. Pernapasan
    1. Gejala: riwayat trauma dada, penyakit paru kronis, inflamasi paru, keganasan, “lapar udara”, batuk
    2. Tanda: takipnea, peningkatan kerja pernapasan, penggunaan otot assesori, penurunan bunyi napas, penurunan fremitus vokal, perkusi : hiperesonan di atas area berisi udara (pneumotorak), dullnes di area berisi cairan (hemotorak); perkusi : pergerakan dada tidak seimbang, reduksi ekskursi thorak. Kulit : cyanosis, pucat, krepitasi sub kutan; mental: cemas, gelisah, bingung, stupor
  4. Keamanan
    1. Gejala : riwayat terjadi fraktur, keganasan paru, riwayat radiasi/kemoterapi
  5. Penyuluhan/pembelajaran
    1. Gejala : riwayat faktor resiko keluarga dengan tuberkulosis, kanker

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK GAGAL NAFAS

Pemeriksaan diagnostik meliputi biasanya:
  1. Hb : dibawah 12 gr %
  2. pH dibawah 7,35 atau di atas 7,45
  3. pa Odi bawah 80 atau di atas 100 mmHg
  4. pCO2 di bawah 35 atau di atau 45 mmHg
  5. BE di bawah -2 atau di atas +2
  6. Analisa gas darah :
    1. Saturasi Okurang dari 90%
  7. Ro” : terdapat gambaran akumulasi udara/cairan, dapat terlihat perpindahan letak mediastinum

DIAGNOSA KEPERAWATAN GAGAL NAFAS

Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan pernafasan ventilator mekanik adalah :
  1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret
  2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan sekresi tertahan, proses penyakit
  3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelelahan, pengesetan ventilator yang tidak tepat, obstruksi selang ETT
  4. Cemas berhubungan dengan penyakti kritis, takut terhadap kematian
  5. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan pemasangan selang ETT
  6. Resiko tinggi komplikasi infeksi saluran nafas berhubungan dengan pemasangan selang ETT
  7. Resiko tinggi sedera berhubungan dengan penggunaan ventilasi mekanik, selang ETT, ansietas, stress
  8. Nyeri berhubungan dengan penggunaan ventilasi mekanik, letak selang ETT

RENCANA KEPERAWATAN GAGAL NAFAS

Rencana Keperawatan yang dibuat antara lain:
  1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret
    1. Tujuan : Klien akan memperlihatkan kemampuan meningkatkan dan mempertahankan keefektifan jalan nafas
    2. Kriteria hasil :
      1. Bunyi nafas bersih
      2. Ronchi (-)
      3. Tracheal tube bebas sumbatan
    3. Intervensi
      1. Auskultasi bunyi nafas tiap 2-4 jam atau bila diperlukan
      2. Mengevaluasi keefektifan bersihan jalan nafas
        1. Lakukan penghisapan bila terdengar ronchi dengan cara :
          1. Jelaskan pada klien tentang tujuan dari tindakan penghisapan
            1. Meningkatkan pengertian sehingga memudahkan klien berpartisipasi
          2. Berikan oksigenasi dengan O2 100 % sebelum dilakukan penghisapan, minimal 4 – 5 x pernafasan
            1. Memberi cadangan oksigen untuk menghindari hypoxia
          3. Perhatikan teknik aseptik, gunakan sarung tangan steril, kateter penghisap steril
            1. Mencegah infeksi nosokomial
          4. Masukkan kateter ke dalam selang ETT dalam keadaan tidak menghisap, lama penghisapan tidak lebih 10 detik
            1. Aspirasi lama dapat menyebabkan hypoksiakarena tindakan penghisapan akan mengeluarkan sekret dan oksigen
          5. Atur tekana penghisap tidak lebih 100-120 mmHg
            1. ekana negatif yang berlebihan dapat merusak mukosa jalan nafas
          6. Lakukan oksigenasi lagi dengan O2 100% sebelum melakukan penghisapan berikutnya
            1. Memberikan cadangan oksigen dalam partai besar
        2. Lakukan penghisapan berulang-ulang sampai suara nafas bersih
        3. Pertahankan suhu humidifier tetap hangat ( 35 – 37,8 C)
          1. Membantu mengencerkan sekret
  2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan sekresi tertahan,proses penyakit, pengesetan ventilator yang tidak tepat
    1. Tujuan : Klien akan memperlihatkan kemampuan pertukaran gas yang kembali normal
    2. Kriteria hasil :
      1. Hasil analisa gas darah normal :
      2. PH (7,35 – 7,45)
      3. PO2 (80 – 100 mmHg)
      4. PCO2 ( 35 – 45 mmHg)
      5. BE ( -2 - +2)
    3. Intervensi:
      1. Cek analisa gas darah setiap 10 –30 mnt setelah perubahan setting ventilator
        1. Evaluasi keefektifan setting ventilator yang diberikan
      2. Monitor hasil analisa gas darah atau oksimetri selama periode penyapihan
        1. Evaluasi kemampuan bernafas klien
      3. Pertahankan jalan nafas bebas dari sekresi
        1. Sekresi menghambat kelancaran udara nafas
      4. Monitor tanda dan gejala hipoksia
        1. Deteksi dini adanya kelainan
  3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelelahan, pengesetan ventilator yang tidak tepat, peningkatan sekresi, obstruksi ETT
    1. Tujuan : Klien akan mempertahankan pola nafas yang efektif
    2. Kriteria hasil :
      1. Nafas sesuai dengan irama ventilator
      2. Volume nafas adekuat
      3. Alarm tidak berbunyi
    3. Intervensi
      1. Lakukan pemeriksaan ventilator tiap 1-2 jam
        1. Deteksi dini adanya kelainan atau gangguan fungsi ventilator
      2. Evaluasi semua alarm dan tentukan penyebabnya
        1. Bunyi alarm menunjukkan adanya gangguan fungsi ventilator
      3. Pertahankan alat resusitasi manual (bag & mask) pada posisi tempat tidur sepanjang waktu
        1. Mempermudah melakukan pertolongan bila sewaktu-waktu ada gangguan fungsi ventilator
      4. Monitor slang/cubbing ventilator dari terlepas, terlipat, bocor atau tersumbat
        1. Mencegah berkurangnya aliran udara nafas
      5. Evaluasi tekanan atau kebocoran balon cuff
        1. Mencegah berkurangnya aliran udara nafas
      6. Masukkan penahan gigi (pada pemasangan ETT lewat oral)
        1. Mencegah tergigitnya slang ETT
      7. Amankan slang ETT dengan fiksasi yang baik
        1. Mencegah terlepasnya.tercabutnya slang ETT
      8. Monitor suara nafas dan pergerakan ada secara teratu
        1. Evaluasi keefektifan pola nafa

DAFTAR PUSTAKA

  1. Carpenito, Lynda Juall (2000), Buku saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta
  2. Corwin, Elizabeth J, (2001), Buku saku Patofisiologi, Edisi bahasa Indonesia, EGC, Jakarta
  3. Doengoes, E. Marilyn (1989), Nursing Care Plans, Second Edition, FA Davis, Philadelphia
  4. Suprihatin, Titin (2000), Bahan Kuliah Keperawatan Gawat Darurat PSIK Angkatan I.Universitas Surabaya

CONTOH MAKALAH

BAB I
PENDAHULUAN


1.1    LATAR BELAKANG
Masa nifas adalah masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari atau beberapa jam setelah lahirnya plasenta dan mencakup 6 minggu berikutnya. Masa nifas merupakan masa pembersihan rahim, sama seperti halnya masa haid. Selama masa nifas, tubuh mengeluarkan darah nifas yang mengandung trombosit, sel-sel generatif, sel-sel nekrosis atau sel mati dan sel endometrium sisa.
Ada yang darah nifasnya cepat berhenti, ada pula yang darah nifasnya masih keluar melewati masa 40 hari. Cepat atau lambat, darah nifas harus lancar mengalir keluar. Bila tidak, misal, karena tertutupnya mulut rahim sehingga bisa terjadi infeksi.
Meskipun perdarahan nifas berlangsung singkat, sebaiknya tetap menganggap masa nifas belum selesai. Masa nifas tetap saja sebaiknya berlangsung selama 40 hari, baik ibu yang melahirkan normal atau sesar. Sebab, meskipun gejala nifasnya sudah berlalu, belum tentu rahimnya sudah kembali ke posisi semula.
Periode post partum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, yaitu waktu kembali pada keadaan tidak hamil. Dalam masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Untuk membantu mempercepat proses penyembuhan pada masa nifas, maka ibu nifas membutuhkan diet yang cukup kalori dan tinggi protein, membutuhkan istirahat yang cukup dan sebagainya.
Kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan ibu nifas antara lain : Nutrisi dan cairan, ambulasi, eliminasi BAB/BAK, kebersihan diri dan perineum, istirahat, seksual, Keluarga Berencana, latihan/senam nifas.
Untuk memulihkan organ- organ kandungan yaitu dengan cara mengatur pola istirahat dan seksual. Berdasarkan uraian diatas maka judul makalah ini adalah “Kebutuhan (Istirahat dan Seksual) pada Ibu Masa Nifas”.


1.2    Tujuan
    Menjelaskan Kebutuhan Ibu Nifas
    Menjelaskan manfaat dari istirahat dan seksual bagi ibu nifas


BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA


2.1    KEBUTUHAN DASAR MASA NIFAS (ISTIRAHAT)
Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan, akan terasa lebih lelah bila partus berlangsung agak lama. Seorang ibu akan merasa cemas apakah ia merasa mampu merawat anaknya atau tidak setelah melahirkan. Hal ini mengakibatkan susah tidur, alasan lainnya adalah terjadi gangguan pola tidur karena beban kerja bertambah, ibu harus bangun malam untuk meneteki, atau mengganti popok yang sebelumnya belum pernah dilakukan.
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat berarti suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional dan bebas dari perasaan gelisah. Hal ini penting karena jika ibu kurang istirahat akan mempengaruhi kondisi kesehatan secara umum. Akibat kelelahan akan berdampak dalam proses pemulihan terutama yang berkaitan dengan organ reproduksi yaitu memperlambat proses involusi uterus, yang bisa mengakibatkan perdarahan, mengganggu laktasi dengan penurunan jumlah ASI, easa ketidaknyamanan dalam merawat bayi serta bisa mengakibatkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan diri sendiri.
Untuk memenuhi kebutuhan istirahatnya, ibu nifas dianjurkan untuk :
1)    Istirahat yang cukup untuk mengurangi kelelahan yang berlebihan
2)    Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur
3)    Kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan
4)    Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu untuk istirahat pada siang hari kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam
Kurang istirahat akan mempengaruhi dalam beberapa hal, diantaranya :
1)    Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
2)    Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
3)    Menyebebkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri

2.1.1    Istirahat Malam
Selama satu atau dua malam yang pertama, ibu yang baru melahirkan mungkin memerlukan obat tidur yang ringan. Biasanya dokter akan memberikannya jika benar-benar diperlukan. Kerapkali tubuhnya sendiri yang mengambil alih fungsi obat tidur ini dan ia benar-banar tidur lelap sehingga pemeriksaan tanda-tanda vital serta fundus uteri hanya sedikit mengganggunya. Rasa nyeri atau terganggu selalu memerlukan pemeriksaan dan analgesik dapat diberikan sebelum pasien menggunakan obat tidur.
Setelah hari kedua postnatal, pemberian obat tidur pada malam hari biasanya sudah tidak dibutuhkan lagi dan tidak dianjurkan jika ibu ingin menyusui bayinya pada malam hari.Ibu harus dibantu agar dapat beristirahat lebih dingin dan tidak diganggu tanpa alasan. Hal-hal kecil yang menarik perhatiannya seperti suara pintu yang berderik atau bunyi tetesan air dari keran harus dilaporkan pada siang harinya sehingga dapat di atasi sebelum suara-suara tersebut mengganggu tidur ibu.
Ibu yang baru melahirkan yang tidak dapat tidur harus diobservasi dengan ketat dan semua keadaan yang di temukan harus dilaporkan pada dokter. Insommia merupakan salah satu tanda peringatan untuk psikosis nifas.

2.1.2    Istirahat Siang
Pada hampir setiap rumah sakit bersalin, periode istirahat yang jelas perlu disediakan secara teratur dan seringkali di perlukan selama satu jam sebelum makan siang tirai ditarik, radio dimatikan, staf keperawatan harus bekerja tanpa suara, tamu yang ingin berkunjung dilarang dan panggilan telpon tidak diteruskan kepada pasien kecuali benar-benar mendesak.
Ibu harus dibantu untuk mengatur sendiri bagaimana memanfaatkan waktu istirahat ini: berbaring telungkup (mungkin dengan bantal di bawah panggulnya ) untuk membantu drainase uterus jika posisi nyaman baginya. Periode istirahat ini umumnya memberikan manfaat fisik maupun psikologis yang sangat besar. Beberapa rumah sakit mengulangi waktu istirahat yang jelas pada sore harinya.
Kejadian yang rutin dan teratur, seperti visite dokter, program latihan, peragaan dalam memandikan bayi atau bahkan menyusui bayi tampaknya bukan masalah.  semua inilah yang melelahkan ibu baru melahirkan barang kali perawat yang dapat merasakan kesibukan ibu dalam menghadapi hal-hal semacam itu. Di samping itu, perawat harus berhati-hati pada saat jam kunjungan untuk menjaga agar ibu tidak terlalu lelah
2.1.3    Tidur
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi oleh   semua orang. Dengan istirahat dan tidur yang cukup, tubuh baru dapat berfungsi secara optimal. Istirahat dan tidur sendiri memiliki makna yang berbeda pada setiap individu. Secara umum, istirahat berarti suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional dan bebas dari perasaan gelisah. Jadi, beristirahat bukan berarti tidak melakukan aktivitas sama sekali. Terkadang,berjalan-jalan di taman juga bisa dikatakan sebagai suatu bentuk istirahat.
Sedangkan tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan aktifitas fisik yang minimal,tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fsiologis tubuh,dan penurunan respons terhadap stimulus eksternal. Hampir sepertiga dari waktu kita,kita gunakan untuk tidur. Hal tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa tidur dapat memulihkan atau mengistirahatkan fisik setelah seharian beraktivitas,mengurangi stress dan kecemasan,serta dapat meningkatkan kemampuan dan konsenterasi saat hendak melakukan aktivitas sehari-hari.
Jadi, dengan tubuh yang letih dan mungkin pula pikiran yang sangat aktif, ibu sering perlu diingatkan dan dibantu agar mendapatkan istirahat yang cukup.

    Kegunaan atau fungsi dari Tidur yang cukup:
a.  Regenerasi sel-sel tubuh yang rusak menjadi baru.
b.  Memperlancar produksi hormon pertumbuhan tubuh.
c.  Mengistirahatkan tubuh yang letih akibat aktivitas seharian.
d.  Meningkatkan kekebalan tubuh kita dari serangan penyakit.
e.  Menambah konsentrasi dan kemampuan fisik.
    Fase / Tahapan Tidur Seseorang :
a.  Awal
b.  Non rapid eyes movement (non-rem)
c.  Rapid Eyes Movement (rem)
d.  Dream Sleep
Posisi tidur ibu waktu beristirahat sesudah melahirkan penderita harus tidur terlentang, hanya dengan satu bantal yang tipis. Tetapi ada juga pendapat lain mengatakan ibu bebas memilih posisi tetapi untuk memudahkan pengawasan sebenarnya tidur telentang lebih baik karena dengan tidur terlentang mudah mengawasi keadaan kontraksi uterus dan mengawasi pendarahan. Usaha agar penderita dapat tidur ialah dengan menyakinkan penderita bahwa keadaannya normal. Istirahat dan tidur sangat perlu bagi penderita, selain untuk mengembalikan kesehatan, juga untuk pembentukan air susu ibu.Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari.
    Pola Istirahat
a.   Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
b.  Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kagiatan rumah tangga biasa.
c.  Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam berbagai hal :
1)    Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.
2)    Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan.
3)    Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan     dirinya

2.2   KEBUTUHAN DASAR MASA NIFAS (SEKSUAL)
Pada masa nifas sering terjadi penurunan libido pada ibu. Adanya rupture perineum dan penurunan hormone steroid akan mempengaruhi keinginan ibu untuk berhubungan seksual, dan juga adanya peran baru sebagai ibu, terutama ibu yang kurang istirahat dan tidur, sehingga jauh-jauh hari bahkan sejak awal kehamilan pun masalah seksual ini perlu didiskusikan dengan suami.
Ibu yang baru malahirkan boleh melakukan hubungan seksual kembali setelah 6-8 minggu persalinan. Batasan waktu 6 minggu didasarkan atas pemikiran pada masa itu semua luka akibat persalinan, termasuk luka episiotomi dan luka bekas section cesarean ( SC ) biasanya telah sembuh dengan baik. Bila suatu persalinan di pastikan tidak ada luka atau perobekan jaringan, hubungan seks bahkan telah boteh dilakukan 3 - 4 minggu setelah proses melahirkan itu.  Meskipun hubungan telah dilakukan setelah minggu ke - 6 adakalanya ibu - ibu tertentu mengeluh hubungan masih terasa sakit atau nyeri meskipun telah beberapa bulan proses persalinan.
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti, dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti darah merah berhenti dan ibu tidak merasakan ketidaknyamanan, maka aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap
Kecemasan akan menghambat proses perangsangan sehingga produksi cairan pelumas pada dinding vagina akan terhambat. Cairan pelumas yang minim akan berakibat gesekan penis dan dinding vagina tidak terjadi dengan lembut, akibatnya akan terasa nyeri dan tidak jarang akan ada luka lecet baik pada dinding vagina maupun kulit penis suami.
Pemahaman antara suami dan istri sangatlah penting. Bidan dapat membantu dengan memberikan informasi kapan hubungan seksual aman, yaitu setelah darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeru hubungan seksual pada saat ibu masih mengeluarkan darah berbahaya karena mempermudah timbulnya infeksi. Pemberian lubrikan / pelumas vagina dapat juga menolong ibu mengurangi nyeri saat hubungan seksual.
Berikut adalah hal-hal yang mempengaruhi dorongan seksual pada masa nifas adalah :
1)    Berkurangnya respon / kurang sensitif terhadap rangsangan seksual, karena perubahan faal tubuh akibat proses persalinan.
2)    Kelelahan, sehingga minat seksualnya menurun
3)    Tidur bersama bayi akan menimbulkan perasaa tidak nyaman dalam melakukan hubungan seksual dan juga perhatian yang berlebih pada bayi kadang membuat ibu tidak memperdulikan suami.
4)    Adanya penurunan hormone estrogen yang menyebabkan penurunan sekresi pada vagina
5)    Ibu mendapat kenikmatan seksual dari proses menyusui, sehingga kadang ibu enggan melakukan hubungan seksual.
6)    Bahaya berhubungan seks pasca persalinan. Berhubungan seksual selama masa nifas berbahaya apabila pada saat itu mulut rahim masih terbuka maka akan beresiko.
Secara alami, sesudah melewati masa nifas kondisi organ reproduksi ibu sudah kembali normal. Oleh sebab itu, posisi hubungan seks seperti apa pun sudah bisa dilakukan. Kalaupun masih ada keluhan rasa sakit, lebih disebabkan proses pengembalian fungsi tubuh belum berlangsung sempurna seperti fungsi pembasahan vagina yang belum kembali seperti semula. Namun, bisa juga keluhan ini disebabkan kram otot, infeksi, atau luka yang masih dalam proses penyembuhan.
Gangguan seperti ini disebut dyspareunia atau rasa nyeri waktu sanggama. Pada kasus semacam ini ada beberapa kemungkinan yang bisa menjadi penyebab, yaitu :
a.  Terbentuknya jaringan baru pasca melahirkan karena proses penyembuhan luka seperti guntingan jalan lahir masih sensitif sehingga kondisi alat reproduksi belum kembali semula.
b.  Adanya infeksi, bisa disebabkan karena bakteri, virus, atau jamur.
c.  Adanya penyakit dalam kandungan (tumor, dll).
d.  Konsumsi jamu. Jamu-jamu ini mengandung zat-zat yang memiliki sifat astingents yang berakibat menghambat produksi cairan pelumas pada vagina saat seorang wanita terangsang seksual.
e.  Faktor psikologis yaitu kecemasan yang berlebihan turut berperan,seperti:
1.    Kurang siap secara mental untuk berhubungan seks (persepsi salah tentang seks, dll).
2.    Adanya trauma masa lalu (fisik, seks).
3.    Tipe kepribadian yang kurang fleksibel.
4.    Komunikasi suami istri kurang baik sehingga biasanya istri “malas” melakukan hubungan seks. Kurangnya foreplay-nya sehingga belum terjadi lubrikasi saat penetrasi penis. Jika foreplay dan lubrikasi sudah cukup namun masih nyeri juga, coba datang ke klinik yang melayani kesehatan sex wanita atau datang saja ke dokter kandungan yang wanita.
5.    Sudden Death
Mati mendadak setelah berhubungan seksual bisa terjadi karena pergerakan teknis dalam hubungan seksual di vagina bisa menyebabkan udara masuk ke dalam rahim karena mulut rahim masih terbuka. Pada masa nifas banyak pembuluh darah dalam rahim yang masih terbuka dan terluka. Dalam kondisi ini pembuluh darah bisa menyedot udara yang masuk, dan membawanya ke jantung. Udara yang masuk ke jantung dapat mengakibatkan kematian mendadak.

    Keluhan yang timbul saat hubungan seksual pascapersalinan
a.    Rasa Nyeri
b.    Hal ini disebabkan fungsi pembasahan vagina yang belum kembali seperti semula, atau luka yang masih dalam proses penyembuhan.
c.    Sensivitas berkurang
d.    Karena persalinan normal merupakan trauma bagi vagina yaitu melebarnya otot-otot vagina.

    Cara Mengatasi Masalah Yang Timbul Saat Hubungan Seksual
a.    Bila saat hubungan terasa sakit jangan takut berterusterang dengan suami.
b.    Saat berhubungan memakai pelumas / jelly.
c.    Saat berhubungan suami harus sabar dan hati-hati.
d.    Melakukan senam nifas atau olahraga ringan.
e.    Bidan biasanya member batasan rutin 6 minggu pasca persalinan.
f.    Ungkapkan cinta dengan cara lain seperti duduk berpelukan didepan TV, mengosok punggung pasangan dan berdasan berdua.
g.    Program kontrasepsi harus segera dilakukan sebelum hubungan seksual karena ada kemungkinan hamil kembali dalam kurun waktu kurang dari 6 minggu ( kontrasepsi untuk mengatsi kehamilan).

    Tips untuk ibu pasca salin
Agar gairah seks segera kembali berkobar setelah masa nifas, berikut ini hal-hal bermanfaat yang bisa dilakukan.
a.    Menjaga agar badan tetap sehat. Ingat badan sehat berarti hubungan seks juga sehat.
b.    Makan makanan yang bergizi cukup, cukup berarti tidak berlebihan dan tidak kurang.
c.    Cukup istirahat.
d.    Olahraga secara teratur.
e.    Hindari stres.
f.    Hindari merokok dan mengkonsumsi alkohol.
g.    Lakukan perawatan diri.


BAB III
PENUTUP

3.1   KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.    Istirahat bagi ibu nifas merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan karena untuk menjaga kesehatan ibu. Istirahat ini dapat berupa istirahat siang, istirahat malam dan tidur.
2.    Ibu yang baru malahirkan boleh melakukan hubungan seksual kembali setelah 6-8 minggu persalinan. Batasan waktu 6 minggu didasarkan atas pemikiran pada masa itu semua luka akibat persalinan, termasuk luka episiotomi dan luka bekas section cesarean ( SC ) biasanya telah sembuh dengan baik dan kesepakatan antara istri dan suami.

3.2   SARAN
Untuk ibu yang baru melahirkan atau ibu dalam keadaan masa nifas, ibu harus memperhatikan kebutuhan ibu seperti istirahat dan hubungan seksualitas. Serta ibu harus rajin untuk melakukan senam nifas agar alat kandungannya cepat pulih kembali kedalam keadaan semula.

Evans syndrome

       Secara keseluruhan patologinya, menyerupai kombinasi dari anemia hemolitik autoimun dan idiopatik thrombocytopenic purpura. Apa itu anemia hemolitik autoimun? Dan apa pula itu Idiopathic thrombocytopenic purpura? Mari kita simak ;)
       Anemia hemolitik autoimun adalah suatu kondisi di mana sel-sel darah merah yang biasanya membawa oksigen dan karbon dioksida dihancurkan oleh proses autoimun.. Idiopathic thrombocytopenic purpura adalah suatu kondisi di mana trombosit dihancurkan oleh proses autoimun. Sedang trombosit itu sendiri adalah komponen darah yang berkontribusi terhadap pembentukan bekuan darah dalam tubuh untuk mencegah perdarahan.
       Gejala dan tanda-tanda yang dapat muncul pada seseorang yang mengalami Evan Sindrom yaitu denyut jantung tak beraturan, wajah juga kulit pucat, sesak napas, kelelahan (jadi mudah lelah, karena sel darah merah yang seharusnya membawa oksigen untuk tubuh malah diserang), gusi berdarah berlebihan, pendarahan berlebihan (karena trombosit turun, yang seharusnya berperan dalam pembekuan darah ketika terjadi luka pada tubuh), memar/lebam-lebam, terkadang jadi sering pingsan karena sistem imun nya terserang.
       Meskipun Evans sindrom tampaknya mengganggu sistem regulasi kekebalan, patofisiologi yang tepat dalam kasus ini tidak diketahui. Keadaan penurunan jumlah sel darah pada Evans Syndrome dikaitkan dengan kelainan pada sel T karena didapatkan penurunan sel T helper dan peningkatan sel T supresor. Evan sindrom bukan penyakit menurun, tidak akan menular, dan dapat ditemukan baik pada wanita ataupun pria.
        Pemberian steroid mampu menekan sistem imun karena memang penyakit ini didasari oleh autoimun. Sehingga dengan pemberian steroid yang bekerja sebagai imunosupresan diharapkan terjadi penekanan pada pembentukan autoantibodi.
       Sindrom Evan ini sangat langka, serius, dan sangat membahayakan bagi penderita. Penderita dapat bertahan hanya dalam jangka 1 bulan dari vonis penyakit ini (angka kematian mencapai 7 %), terkecuali adanya mukzijat dari Yang Maha Kuasa.

Thalassemia

Thalassemia adalah kelainan darah yang sifatnya menurun (genetik), di mana penderitanya mengalami ketidakseimbangan dalam produksi hemoglobin (Hb). Hemoglobin sendiri adalah komponen sel darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen. Hemoglobin terdiri dari beberapa jenis protein, diantaranya protein alpha dan protein beta.
Penderita Thalassemia tidak mampu memproduksi salah satu dari protein tersebut dalam jumlah yang cukup, sehingga sel darah merahnya tidak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya hemoglobin tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah yang cukup. Hal ini berujung dengan anemia (‘kekurangan darah’) yang dimulai sejak usia anak-anak hingga sepanjang hidup penderitanya.
Thalassemia terdiri atas beberapa tipe. Mereka yang tidak mampu memproduksi protein alpha dalam jumlah yang cukup disebut thalassemia alpha. Sedangkan mereka yang kekurangan produksi protein beta, menderita thalassemia beta. Di Indonesia lebih banyak ditemukan kasus thalassemia beta. Insiden pembawa sifat Thalassemia di Indonesia berkisar antara 6-10%, artinya dari setiap 100 orang 6-10 orang adalah pembawa sifat Thalassemia.
Murni penyakit keturunan
Thalassemia diturunkan oleh orang tua yang carrier kepada anaknya. Sebagai contoh, jika ayah dan ibu memiliki gen pembawa sifat Thalassemia (thalassemia trait), maka kemungkinan anaknya untuk menjadi pembawa sifat Thalassemia adalah sebesar 50%, kemungkinan menjadi penderita Thalassemia mayor 25% dan kemungkinan menjadi anak normal yang bebas Thalassemia hanya 25%.
Gejala dan tingkat keparahan Thalassemia Beta
Gejala Thalassemia beta sangat bervariasi, tergantung keparahan/kerusakan gen yang terjadi, mulai dari tanpa gejala (seakan normal) hingga yang butuh transfusi darah seumur hidup. Pada thalassemia minor, kerusakan gen yang terjadi umumnya ringan. Penderitanya hanya menjadi pembawa gen Thalassemia, dan umumnya tidak mengalami masalah kesehatan, kecuali gejala anemia ringan yang ditandai dengan lesu, kurang nafsu makan, sering terkena infeksi dan sebagainya. Kondisi ini sering disalahartikan sebagai anemia karena defisiensi zat besi.
Pada thalassemia mayor, terjadi kerusakan gen yang berat, sehingga jantung penderita mudah berdebar-debar. Berkurangnya hemoglobin berakibat pada kurangnya oksigen yang dibawa, sehingga jantungnya terpaksa bekerja lebih keras. Selain itu, sel darah merahnya cepat rusak sehingga harus senantiasa dibantu suplai dari luar melalui transfusi.
Thalassemia intermedia merupakan kondisi antara mayor dan minor, dapat mengakibatkan anemia berat dan masalah lain seperti deformitas tulang dan pembengkakan limpa. Rentang keparahan klinis pada Thalassemia Intermedia ini cukup lebar, dan batasnya dengan kelompok Thalassemia Mayor tidak terlalu jelas sehingga, keduanya dibedakan berdasarkan ketergantungan sang penderita pada tranfusi darah.
Komplikasi penanganan Thalassemia
Penanganan Thalassemia sangat tergantung pada jenis yang diidap penderitanya. Penderita Thalassemia Minor umumnya tidak memerlukan pengobatan. Penderita thalassemia intermedia mungkin memerlukan transfusi darah dengan frekuensi yang berbeda-beda, tergantung tingkat keparahan anemia masing-masing. Penderita thalassemia mayor umumnya harus menjalani transfusi darah setiap 2-3 minggu sekali sepanjang hidup mereka, dan biasanya transfusi darah mulai diperlukan sebelum ulang tahun mereka yang kedua.
Transfusi darah berulangkali dapat mengakibatkan kondisi kelebihan zat besi yang disebut iron-overload, yang menyebabkan hati dan limpanya membengkak, sehingga perutnya menjadi buncit. Untuk mengatasi kelebihan zat besi ini, mereka harus menjalani terapi khelasi (chelation therapy) dengan bahan desferal, yang biayanya juga relatif tinggi sebagaimana transfusi darah yang harus mereka jalani secara rutin.
Kini, kemajuan ilmu kedokteran menjanjikan hari depan yang lebih baik bagi penderita thalassemia, dibandingkan duapuluh lima tahun yang lalu sebelum diperkenalkannya protokol tranfusi modern dan terapi khelasi. Saat ini, banyak penyandang Thalassemia yang menyelesaikan pendidikan tinggi, dan bahkan dapat membina keluarga. Prosedur khelasi kini telah mengarah pada khelasi oral yang tidak merepotkan, dan kebutuhan transfusi sedang dijajaki untuk digantikan dengan transplantasi sumsum tulang belakang (bone marrow transplant/BMT).
Skrining dan Diagnosisnya
Karena penampilan sebagian besar individu pembawa sifat thalassemia (thalassemia trait) tidak dapat dibedakan dengan individu normal, maka statusnya hanya dapat ditentukan dengan pemeriksaan laboratorium. Anak-anak dengan gejala thalassemia perlu melakukan skrining. Mengingat insiden thalassemia trait cukup tinggi (6-10%), sebaiknya semua orang Indonesia dalam usia subur melakukan skrining Thalassemia. Demikian juga ibu hamil, perlu melakukan skrining thalassemia dan bila ada indikasi dilanjutkan dengan diagnosis prenatal. Dengan demikian diharapkan prevalensi penyakit thalassemia di Indonesia dapat berkurang.
Selain untuk skrining, pemeriksaan laboratorium juga digunakan untuk diagnosis, pemantauan perjalanan penyakit dan pemantauan hasil terapi yang lebih akurat. Pemeriksaan laboratorium untuk skrining dan diagnosis Thalassemia meliputi :
  • Hematologi Rutin : untuk mengetahui kadar Hb dan ukuran sel-sel darah
  • Gambaran Darah Tepi : untuk melihat bentuk, warna dan kematangan sel-sel darah
  • Feritin, SI dan TIBC : untuk melihat status besi
  • Analisis Hemoglobin : untuk diagnosis dan menentukan jenis Thalassemia
  • Analisis DNA : untuk diagnosis prenatal (pada janin) dan penelitian
Referensi :
  • McGhee D, Payne M. Hemoglobinopathies and Hemoglobin Defects. In Diagnostic
  • Hematology. 1995. WB Saunders Company.
  • Wild BJ, Bain BJ. Investigation of abnormal haemoglobins and thalassaemia. In
  • Practical Haematology. 2001. Churchill Livingstone
  • Permono B, Ugrasena IDG. Haemoglobin Abnormal. Buku Ajar Hematologi Anak. 2005
  • IDAI


Read more: http://doktersehat.com/apakah-thalassemia-itu/#ixzz2vMQ0wVW5

Mengenali Penyakit dengan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Posted Maret 8, 2014 by N Afni Indria Hs in HCU RSSA Malang

Kenali penyakit anda dengan melihat hasil pemeriksaan lab. penegakan diagnosa medis tidak cukup dengan hanya info dari anamnese pasien tapi HARUS ada pemeriksaan penunjang. Agar supaya diagnosa medis yg ditegakkan itu menjadi diagnosa pasti..Anda dapat menganalisa sendiri kelainan apa yang terjadi di dalam tubuh anda dengan hanya membaca hasil lab seperti yang tertera berikut ini…
HB (HEMOGLOBIN)
Hemoglobin adalah molekul di dalam eritrosit (sel darah merah) dan bertugas untuk mengangkut oksigen. Kualitas darah dan warna merah pada darah ditentukan oleh kadar Hemoglobin.
Nilai normal Hb :
Wanita 12-16 gr/dL
Pria 14-18 gr/dL
Anak 10-16 gr/dL
Bayi baru lahir 12-24gr/dL
Penurunan Hb terjadi pada penderita: anemia penyakit ginjal, dan pemberian cairan intra-vena (misalnya infus) yang berlebihan. Selain itu dapat pula disebabkan oleh obat-obatan tertentu seperti antibiotika, aspirin, antineoplastik (obat kanker), indometasin (obat antiradang).
Peningkatan Hb terjadi pada pasien dehidrasi, penyakit paru obstruktif menahun (COPD), gagal jantung kongestif, dan luka bakar. Obat yang dapat meningkatkan Hb yaitu metildopa (salah satu jenis obat darah tinggi) dan gentamicin (Obat untuk infeksi pada kulit
TROMBOSIT (PLATELET)
Trombosit adalah komponen sel darah yang berfungsi dalam proses menghentikan perdarahan dengan membentuk gumpalan.
Penurunan sampai di bawah 100.000 permikroliter (Mel) berpotensi terjadi perdarahan dan hambatan perm- bekuan darah. Jumlah normal pada tubuh manusia adalah 200.000-400.ooo/Mel darah. Biasanya dikaitkan dengan penyakit demam berdarah.
HEMATOKRIT (HMT)
Hematokrit menunjukkan persentase zat padat (kadar sel darah merah, dan Iain-Iain) dengan jumlah cairan darah. Semakin tinggi persentase HMT berarti konsentrasi darah makin kental. Hal ini terjadi karena adanya perembesan (kebocoran) cairan ke luar dari pembuluh darah sementara jumlah zat padat tetap, maka darah menjadi lebih kental.Diagnosa DBD (Demam Berdarah Dengue) diperkuat dengan nilai HMT > 20 %.
Nilai normal HMT :
Anak 33 -38%
Pria dewasa 40 – 48 % Wanita dewasa 37 – 43 %
Penurunan HMT terjadi pada pasien yang mengalami kehilangan darah akut (kehilangan darah secara mendadak, misal pada kecelakaan), anemia, leukemia, gagalginjal kronik, mainutrisi, kekurangan vitamin B dan C, kehamilan, ulkuspeptikum (penyakit tukak lambung).
Peningkatan HMT terjadi pada dehidrasi, diare berat,eklampsia (komplikasi pada kehamilan), efek pembedahan, dan luka bakar, dan Iain-Iain.
LEUKOSIT (SEL DARAH PUTIH)
Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik yang berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh.
Nilai normal :
Bayi baru lahir 9000 -30.000 /mm3
Bayi/anak 9000 – 12.000/mm3
Dewasa 4000-10.000/mm3
Peningkatan jumlah leukosit (disebut Leukositosis) menunjukkan adanya proses infeksi atau radang akut,misalnya pneumonia (radang paru-paru), meningitis (radang selaput otak), apendiksitis (radang usus buntu), tuberculosis, tonsilitis, dan Iain-Iain. Selain itu juga dapat disebabkan oleh obat-obatan misalnya aspirin, prokainamid, alopurinol, antibiotika terutama ampicilin, eritromycin, kanamycin, streptomycin, dan Iain-Iain.
Penurunan jumlah Leukosit (disebut Leukopeni) dapat terjadi pada infeksi tertentu terutama virus, malaria, alkoholik, dan Iain-Iain. Selain itu juga dapat disebabkan obat-obatan, terutama asetaminofen (parasetamol),kemoterapi kanker, antidiabetika oral, antibiotika (penicillin, cephalosporin, kloramfenikol), sulfonamide (obat anti infeksi terutama yang disebabkan oleh bakter).
Hitung Jenis Leukosit (Diferential Count)
Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis leukosit yang ada dalam darah berdasarkan proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh jumlah leukosit.
Hasil pemeriksaan ini dapat menggambarkan secara spesifik kejadian dan proses penyakit dalam tubuh, terutama penyakit infeksi. Tipe leukosit yang dihitung ada 5 yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, dan limfosit. Salah satu jenis leukosit yang cukup besar, yaitu 2x besarnya eritrosit (se! darah merah), dan mampu bergerak aktif dalam pembuluh darah maupun di luar pembuluh darah. Neutrofil paling cepat bereaksi terhadap radang dan luka dibanding leukosit yang lain dan merupakan pertahanan selama fase infeksi akut.
Peningkatan jumlah neutrofil biasanya pada kasus infeksi akut, radang, kerusakan jaringan, apendiksitis akut (radang usus buntu), dan Iain-Iain.
Penurunan jumlah neutrofil terdapat pada infeksi virus, leukemia, anemia defisiensi besi, dan Iain-Iain.
EOSINOFIL
Eosinofil merupakan salah satu jenis leukosit yang terlibatdalam alergi dan infeksi (terutama parasit) dalam tubuh, dan jumlahnya 1 – 2% dari seluruh jumlah leukosit. Nilai normal dalam tubuh: 1 – 4%
Peningkatan eosinofil terdapat pada kejadian alergi, infeksi parasit, kankertulang, otak, testis, dan ovarium. Penurunan eosinofil terdapat pada kejadian shock, stres, dan luka bakar.
BASOFIL
Basofil adalah salah satu jenis leukosit yang jumlahnya 0,5 -1% dari seluruh jumlah leukosit, dan terlibat dalam reaksi alergi jangka panjang seperti asma, alergi kulit, dan lain-lain.Nilai normal dalam tubuh: o -1%
Peningkatan basofil terdapat pada proses inflamasi(radang), leukemia, dan fase penyembuhan infeksi.
Penurunan basofil terjadi pada penderita stres, reaksi hipersensitivitas (alergi), dan kehamilan
LIMPOSIT
Salah satu leukosit yang berperan dalam proses kekebalan dan pembentukan antibodi. Nilai normal: 20 – 35% dari seluruh leukosit.
Peningkatan limposit terdapat pada leukemia limpositik, infeksi virus, infeksi kronik, dan Iain-Iain.
Penurunan limposit terjadi pada penderita kanker, anemia aplastik, gagal injal, dan Iain-Iain.
MONOSIT
Monosit merupakan salah satu leukosit yang berinti besar dengan ukuran 2x lebih besar dari eritrosit sel darah merah), terbesar dalam sirkulasi darah dan diproduksi di jaringan limpatik. Nilai normal dalam tubuh: 2 – 8% dari jumlah seluruh leukosit.
Peningkatan monosit terdapat pada infeksi virus,parasit (misalnya cacing), kanker, dan Iain-Iain.
Penurunan monosit terdapat pada leukemia limposit dan anemia aplastik.
ERITROSIT
Sel darah merah atau eritrosit berasal dari Bahasa Yunani yaitu erythros berarti merah dan kytos yang berarti selubung. Eritrosit adalah jenis se) darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan tubuh. Sel darah merah aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan. Pada orang yang tinggal di dataran tinggi yang memiliki kadar oksigen rendah maka cenderung memiliki sel darah merah lebih banyak.
Nilai normal eritrosit :
Pria 4,6 – 6,2 jt/mm3
Wanita 4,2 – 5,4 jt/mm3
MASA PERDARAHAN
Pemeriksaan masa perdarahan ini ditujukan pada kadar trombosit, dilakukan dengan adanya indikasi (tanda-tanda) riwayat mudahnya perdarahan dalam keiuarga.
Nilai normal :
dengan Metode Ivy 3-7 menit
dengan Metode Duke 1-3 menit
Waktu perdarahan memanjang terjadi pada penderita trombositopeni (rendahnya kadar trombosit hingga 50.000 mg/dl), ketidaknormalan fungsi trombosit, ketidaknormalan pembuluh darah, penyakit hati tingkat berat, anemia aplastik, kekurangan faktor pembekuan darah, dan leukemia. Selain itu perpanjangan waktu perdarahan juga dapat disebabkan oleh obat misalnya salisilat (obat kulit untuk anti jamur), obat antikoagulan warfarin (anti penggumpalan darah), dextran, dan Iain-Iain.
Masa Pembekuan
Merupakan pemeriksaan untuk melihat berapa lama diperlukan waktu untuk proses pembekuan darah. Hal ini untuk memonitor penggunaan antikoagulan oral (obat-obatan anti pembekuan darah). Jika masa pembekuan >2,5 kali nilai normal, maka potensial terjadi perdarahan.Normalnya darah membeku dalam 4 – 8 menit (Metode Lee White).
Penurunan masa pembekuan terjadi pada penyakit infark miokard (serangan jantung), emboli pulmonal (penyakit paru-paru), penggunaan pil KB, vitamin K, digitalis (obat jantung), diuretik (obat yang berfungsi mengeluarkan air, misal jika ada pembengkakan).
Perpanjangan masa pembekuan terjadi pada penderita penyakit hati, kekurangan faktor pembekuan darah, leukemia, gagal jantung kongestif.
LAJU ENDAP DARAH (LED)
LED untuk mengukur kecepatan endap eritrosit (sel darah merah) dan menggambarkan komposisi plasma serta perbandingannya antara eritrosit (sel darah merah) dan plasma. LED dapat digunakan sebagai sarana pemantauan keberhasilan terapi, perjalanan penyakit, terutama pada penyakit kronis seperti Arthritis Rheumatoid (rematik), dan TBC.
Peningkatan LED terjadi pada infeksi akut lokal atau sistemik (menyeluruh), trauma, kehamilan trimester II dan III, infeksi kronis, kanker, operasi, luka bakar.Penurunan LED terjadi pada gagal jantung kongestif, anemia sel sabit, kekurangan faktor pembekuan, dan angina pektoris (serangan jantung).Selain itu penurunan LED juga dapat disebabkan oleh penggunaan obat seperti aspirin, kortison, quinine, etambutol.
G6PD (GLUKOSA 6 PHOSFAT DEHIDROGENASE)
Merupakan pemeriksaan sejenis enzim dalam sel darah merah untuk melihat kerentanan seseorang terhadap anemia hemolitika. Kekurangan G6PD merupakan kelainan genetik terkait gen X yang dibawa kromosom wanita. Nilai normal dalam darah yaitu G6PD negatif
Penurunan G6PD terdapat pada anemia hemolitik, infeksi bakteri, infeksi virus, diabetes asidosis.
Peningkatan G6PD dapat juga terjadi karena obat-obatan seperti aspirin, asam askorbat (vitamin C) vitamin K, asetanilid.
BMP (BONE MARROW PUNCTION)
Pemeriksaan mikroskopis sumsum tulang untuk menilai sifat dan aktivitas hemopoetiknya (pembentukan sel darah). Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada penderita yang dicurigai menderita leukemia.
Nilai normal rasio M-E (myeloid-eritrosit) atau perbandingan antara leukosit berinti dengan eritrosit berinti yaitu 3 :1 atau 4 :1
HEMOSIDERIN/FERITIN
Hemosiderin adalah cadangan zat besi dalam tubuh yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ada tidaknya kekurangan zat besi dalam tubuh yang mengarah ke risiko menderita anemia.
PEMERIKSAAN ALKOHOL DALAM PLASMA
Pemeriksaan untuk mendeteksi adanya intoksikasi alkohol (keracunan alkohol) dan dilakukan untuk kepentingan medis dan hukum. Peningkatan alkohol darah melebihi 100 mg/dl tergolong dalam intoksikasi alkohol sedang berat dan dapat terjadi pada peminum alkohol kronis, sirosis hati, malnutrisi, kekurangan asam folat, pankreatitis akut (radang pankreas), gastritis (radang lambung), dan hipo-glikemia (rendahnya kadar gula dalam darah).
PEMERIKSAAN TOLERANSI LAKTOSA
Laktosa adalah gula sakarida yang banyak ditemukan dalam produk susu dan olahannya. Laktosa oleh enzim usus akan diubah menjadi glukosa dan galaktosa. Penumpukan laktosa dalam usus dapat terjadi karena kekurangan enzim laktase, sehingga menimbulkan diare, kejang abdomen (kejang perut), dan flatus (kentut) terus-menerus, hal ini disebut intoleransi laktosa. dalam jumlah besar kemudian diperiksa kadar gula darah . Apabila nilai glukosa darah sewaktu >20 mg/dl dari nilai gula darah puasa berarti laktosa diubah menjadi glukosa atau toleransi laktosa, dan apabila glukosa sewaktu <20 mg/dl dari kadar gula darah puasa, berarti terjadi intoleransi glukosa. Sebaiknya menghindari konsumsi produk susu. Hal ini dapat diatasi dengan sedikit demi sedikit membiasakan konsumsi produk susu.
Nilai normal :
dalam plasma < 0,5 mg/dl
dalam urin 12-40 mg/dl
LDH (LAKTAT DEHIDROGENASE)
Merupakan salah satu enzim yang melepas hidrogen, dan tersebar luas pada jaringan terutama ginjal, rangka, hati, dan otot jantung.
Peningkatan LDH menandakan adanya kerusakan jaringan. LDH akan meningkat sampai puncaknya 24-48 jam setelah infark miokard (serangan jantung) dan tetap normal 1-3 minggu kemudian. Nilai normal: 80 – 240 U/L
SGoT (Serum Glutamik OksoloasetiknTransaminase)
Merupakan enzim transaminase, yang berada pada serum dan jaringan terutama hati dan jantung. Pelepasan SGOT yang tinggi dalam serum menunjukkan adanya kerusakan pada jaringan jantung dan hati.
Nilai normal :
Pria s.d.37 U/L
Wanita s.d. 31 U/L
Pemeriksan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya intoleransi laktosa dengan cara memberi minum laktosa
Peningkatan SGOT <3x normal = terjadi karena radang otot jantung, sirosis hepatis, infark paru, dan Iain-lain.
Peningkatan SGOT 3-5X normal = terjadi karena sumbatan saluran empedu, gagal jantung kongestif, tumor hati, dan Iain-lain.
Peningkatan SGOT >5x normal = kerusakan sei-sel hati, infark miokard (serangan jantung), pankreatitis akut (radang pankreas), dan Iain-lain.
SGPT (Serum Glutamik Pyruvik Transaminase)
Merupakan enzim transaminase yang dalam keadaan normal berada dalam jaringan tubuh terutama hati. Peningkatan dalam serum darah menunjukkan adanya trauma atau kerusakan hati.
Nilai normal :
Pria sampai dengan 42 U/L
Wanita sampai dengan 32 U/L
Peningkatan >20x normal terjadi pada hepatitis virus, hepatitis toksis.
Peningkatan 3 – 10x normal terjadi pada infeksi mond nuklear, hepatitis kronik aktif, infark miokard (serangan jantung).
Peningkatan 1 – 3X normal terjadi pada pankreatitis, sirosis empedu.
ASAM URAT
Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin (bagian penting dari asam nukleat pada DNA dan RNA).Purin terdapat dalam makanan antara lain: daging, jeroan, kacang-kacangan, ragi, melinjo dan hasil olahannya. Pergantian purin dalam tubuh berlangsung terus-menerus dan menghasilkan banyak asam urat walaupun tidak ada input makanan yang mengandung asam urat.
Asam urat sebagian besar diproduksi di hati dan diangkut ke ginjal. Asupan purin normal melalui makanan akan menghasilkan 0,5 -1 gr/hari. Peningkatan asam urat dalam serum dan urin bergantung pada fungsi ginjal, metabolisme purin, serta asupan dari makanan. Asam urat dalam urin akan membentuk kristal/batu dalam saluran kencing. Beberapa individu dengan kadar asam urat >8mg/dl sudah ada keluhan dan memerlukan pengobatan.
Nilai normal :
Pria 3,4 – 8,5 mg/dl (darah)
Wanita 2,8 – 7,3 mg/dl (darah)
Anak 2,5 – 5,5 mg/dl (darah)
Lansia 3,5 – 8,5 mg/dl (darah)
Dewasa 250 – 750 mg/24 jam (urin)
Peningkatan kadar asam urat terjadi pada alkoholik, leukemia, penyebaran kanker, diabetes mellitus berat, gagal ginjal, gagal jantung kongestif, keracunan timah hitam, malnutrisi, latihan yang berat. Selain itu juga dapat disebabkan oleh obat-obatan misalnya asetaminofen, vitamin C,aspirin jangka panjang,diuretik.
Penurunan asam urat terjadi pada anemia kekurangan asam folat, luka bakar, kehamilan, dan Iain-Iain. Obat-obat yang dapat menurunkan asam urat adalah allopurinol, probenesid, dan Iain-Iain.
Kreatinin
Merupakan produk akhir metabolisme kreatin otot dan kreatin fosfat (protein) diproduksi dalam hati. Ditemukan dalam otot rangka dan darah, dibuang melalui urin. Peningkatan dalam serum tidak dipengaruhi oleh asupan makanan dan cairan.
Nilai normal dalam darah :
Pria 0,6 – 1,3 mg/dl
Wanita 0,5 – 0,9 mg/dl
Anak 0,4 -1,2 mg/dl
Bayi 0,7 -1,7 mg/dl
Bayi baru lahir 0,8 -1,4 mg/dl
Peningkatan kreatinin dalam darah menunjukkan adanya penurunan fungsi ginjal dan penyusutan massa otot rangka. Hal ini dapat terjadi pada penderita gagal ginjal, kanker, konsumsi daging sapi tinggi, serangan jantung. Obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar kreatinin nyaitu vitamin C, antibiotik golongan sefalosporin,aminoglikosid, dan Iain-Iain.
BUN (BLOOD UREA NITROGEN)
BUN adalah produk akhir dari metabolisme protein, dibuat oleh hati. Pada orang normal, ureum dikeluarkan melalui urin.
Nilai normal :
Dewasa 5-25 mg/dl
Anak 5-20 mg/dl
Bayi 5-15 mg/dl
Rasio nitrogen urea dan kreatinin = 12 :1 – 20 :1
Pemeriksaan Trigliserida
Merupakan senyawa asam lemak yang diproduksi dari karbohidrat dan disimpan dalam bentuk lemak hewani. Trigliserida ini merupakan penyebab utama penyakit penyumbatan arteri dibanding kolesterol.
Nilai normal :
Bayi 5-4o mg/dl
Anak 10-135 mg/dl
Dewasa muda s/dl50 mg/dl
Tua (>50 tahun) s/d 190 mg/dl
Penurunan kadartrigliserid serum dapatterjadi karena malnutrisi protein, kongenital (kelainan sejak lahir). Obat-obatan yang dapat menurunkan trigliserida yaitu asam askorbat (vitamin C), metformin (obata anti diabetik oral).
Peningkatan kadar trigliserida terjadi pada hipertensi (penyakit darah tinggi), sumbatan pembuluh darah otak,diabetes mellitus tak terkontrol, diet tinggi karbohidrat, kehamilan. Dari golongan obat, yang dapat meningkatkan trigliserida yakni pil KB terutama estrogen.